Kamis, 29 Mei 2008

MAHASISWA BANGKIT,INDONESIA BANGKIT

. Kamis, 29 Mei 2008
0 komentar

Oleh : koko_fhu@yahoo.com

100 Tahun Mahasiswa bangkit
100 Tahun Indonesia bangkit

Bagiku bangkit itu...
berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya

bagiku bangkit itu...
malu melakukan korupsi sekecil apapun dan dimanapun

Bagiku bangkit itu...
berani mengkritisi dan siap untuk dikritisi

Bagiku bangkit itu...
malu jika tidak bisa berkarya untuk negri

Bagiku bangkit itu...
Berani berkata jujur karena di negri ini sudah langka orang jujur

Bagiku bangkit itu...
Malu “memakan” Raskin,BLT,Kompor gas subsidi

Bagiku bangkit itu...
Berani berkata benar meski semua orang menolak kebenaran



Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika
Copyright © 2008 LPM – BSI

Klik disini untuk melanjutkan »»

Senin, 19 Mei 2008

Undangan Parodi Politik Terbaru Metro TV " Democrazy"

. Senin, 19 Mei 2008
0 komentar

Jakarta, 14 Mei 2008
Kepada Lembaga Pers Mhs BSI Di Jakarta
Perihal : Undangan

Kami mengundang Lembaga Pers Mahasiswa BSI Cengkareng Jakarta sebanyak 75 (tujuh puluh lima) orang untuk menjadi penonton (audience) acara Parodi Politik terbaru Metro TV “Democrazy” yang akan kami rekam (taping) pada:
Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Mei 2008
Pukul : 17.00 WIB (untuk makan) – selesai
Tempat : Grand Studio Metro TV Jl. Pilar Mas Raya Kav A-D, Kedoya, Kebon Jeruk Jakarta Barat

Kami memohon agar pada saat syuting mengenakan jaket Almamater untuk menunjukkan identitas. Acara “Democrazy” ditayangkan hari Minggu, 25 Mei 2008 pukul 21.05-22.00 WIB dan tayang ulang hari Senin, 26 Mei 2008 pukul 13.05-14.00 WIB.

Atas kehadirannya kami ucapkan terima kasih.


Salam,

Retno Sri WahyuniProduser Democrazy

Untuk Informasi lebih Lanjut Hubungi: Chikal 021 925 911 , Bowo 08561401410
sumber :www.inspirasionline.com

Klik disini untuk melanjutkan »»

Senin, 12 Mei 2008

Halau Gas Air Mata, Mahasiswa Oleskan Pasta Gigi

. Senin, 12 Mei 2008
0 komentar

JAKARTA - Sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara mengoleskan pasta gigi di sekitar mata untuk menghalu gas air mata yang dikeluarkan petugas Senin sore.Pantauan okezone, Senin (12/5/2008), aksi pengolesan pasta gigi ini dilakukan secara bersamaan sekira pukul 18.30 WIB. Sambil duduk-dudukan, mahasiswa ini mencoba untuk tetap bertahan di depan Istana Negara. Sebelumnya, massa dari Front Pemuda 98 mendapat semprotan gas air mata dari petugas kepolisian saat melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM. Penyemprotan gas sendiri dilakukan setelah mahasiswa ini membakar foto orang nomor satu dan dua di Indonesia.Mereka terpaksa membakar poster bergambar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres Jusuf Kalla, dan beberapa menteri ekonomi SBY sebagai bentuk penolakan kenaikan harga BBM. (kem)Amirul Hasan - Okezone

Klik disini untuk melanjutkan »»

12 Mei, Mahasiswa Tolak BBM Naik Kepung Istana

.
0 komentar

JAKARTA - Peringatan 10 tahun reformasi yang jatuh pada Senin 12 Mei mendatang, rencananya akan diperingati dengan aksi demontrasi menolak kenaikan BBM mengepung Istana Negara."Rencananya aksi akan diikuti ribuan massa dari berbagai unsure mahasiswa dan mahasiswa," kata Ketua Umum KAMMI Pusat, Taufik Amrullah usai diskusi publik di Doekoen Coffe, Graha Permata Pancoran yang diadakan oleh Indonesia club, Jumat sore (9/5/2008).Demontrasi ini akan menjadikan Depkeu sebagai sasaran demontrasi pertama, kemudian melakukan longmarch ke Istana Negara.Dia mengaku, saat ini KAMMI dan organisasi kemahasiswaan lainnya sedang berkoordinasi dan berkonsolidasi untuk mempersiapkan aksi pada Senin mendatang. "Saat ini kami sedang mempersiapkan buat aksi hari senin besok, Alhamdulillah teman-teman dari daerah seperti Bandung, Jogja dan Medan sudah siap turun," ujar Taufik .Taufik mengatakan, aksi ini dilakukan sebagai reaksi atas kebijakan Tim Ekonomi pemerintah yang mengeluarkan kebijajakan untuk menaikan harga BBM. "Kami akan meneriaki Sri Mulyani Cs dulu, merekalah yang menyebabkan masyarakat sengsara saat ini," pungkasnya.(uky) Amirul Hasan - Okezone

Klik disini untuk melanjutkan »»

Jumat, 09 Mei 2008

BINTANG SPORT INDONESIA ceria , Aneh?!

. Jumat, 09 Mei 2008
0 komentar

Lisensi dokumen :
Copyright © 2007 LPM – BSI
Seluruh dokumen / materi di Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika dapat di gunakan , dimodifikasi dan di sebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersil ( non profit ), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang di sertakan dalam setiap dokumen / materi. Tidak di perbolehkan melakukan penulisan ulang , kecuali telah mendapat ijin terlebih dahulu dari LPM – BSI .Oleh : koko_fhu@yahoo.com



Hi pren . pa kabar ? gimana liburannya ? are you enjoy ?
Pren , lo tau ga , beberapa waktu lalu lembaga BSI baru aja ngadain acara Bintang Sport Indonesia ceria yang pesertanya adalah siswa – siswi SMU en SMK dari beberapa kota besar di Indonesia ( termasuk Jakarta tentunya –red ), grand finalnya di adakan di kampus BSI Cengkareng ( yang gedungnya warna orange ituu…he3 ).
Wiih…seru bro !
Ada lomba futsal , Basket en band plus ada bazaarnya lagi , pokonya seru deh en cukup membuat bangga plus sedih plus bingung juga , ngak ngertikan lo ? he3…
Pertama kali dateng , suara sound system sudah menggema menyambut dengan manisnya , kalau kita menolehkan pandangan ke sebelah kiri maka akan terlihat “kandang macan “ tempat atau arena pertandingan yang di peruntukkan bagi para atlet yang akan bertanding memperebutkan posisi sang jawara .
Menoleh kearah kanan dekat parkiran motor tampak berbaris dengan rapi meja – meja bazaar yang di isi oleh beraneka macam pameran dan barang dagangan para mahasiswa BSI .Paling kiri di isi oleh para mahasiswa dari jurusan Broadcase yang memamerkan film-film documenternya , kekanan sedikit ada kerajinan tangan dari mahasiswa BSI berupa ukiran – ukiran dari kayu dan akar bamboo . Wah … keren bro ! murah lagi !
Kekanan sedikit ada stan yang diisi oleh UKM BADARI , LPM dan SENAT CENGKARENG , mereka saling berdampingan.
Ada yang jual accessories , Makanan dan minuman ringan bahkan LPM sendiri selain meliput acara tersebut juga ikut serta menjual beberapa merchandise .
Seru deh pokoknya .
Tapi ada yang aneh !?
Dari Senat kok tidak ada yang jadi panitia atau pengurus acara tersebut ?
Hanya berpartisipasi mengisi bazaar saja , dan UKM pun hanya menempati ruang bazaar saja.
Mengapa demikian ?
Mengapa pihak lembaga tidak melibatkan mahasiswa pada event sebesar dan semeriah ini ? apakah mahasiswa BSI masih terlalu bodoh untuk membuat acara sebesar dan semeriah BINTANG SPORT INDONESIA ceria ini ? ataukah pihak lembaga memang tidak menginginkan mahasiswa turut serta ? ataukah memang para mahasiswa BSI benar – benar belum mampu menghandle acara sebesar dan semeriah acara ini ? mungkin ??? ( koko_fhu/lpmbsi/2007 )




Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika
Copyright © 2007 LPM – BSI

Klik disini untuk melanjutkan »»

Mencermati DETIK 2 KEMATIAN LPM

.
0 komentar

Lisensi dokumen :
Copyright © 2007 LPM – BSI
Seluruh dokumen / materi di Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika dapat di gunakan , dimodifikasi dan di sebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersil ( non profit ), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang di sertakan dalam setiap dokumen / materi. Tidak di perbolehkan melakukan penulisan ulang , kecuali telah mendapat ijin terlebih dahulu dari LPM – BSI .Oleh : koko_fhu@yahoo.com

LPM !!!
Lembaga Pers Mahasiswa !!!
Sebuah lembaga independent mahasiswa yang ‘katanya’ di huni oleh para ‘mahasiswa khusus’ yang memiliki ‘kemampuan lebih’ yang mampu melahirkan sebuah pembenaran pada sebuah kebenaran ! benarkah demikian ? benarkah lembaga pers mahasiswa mampu mengungkap sebuah kebenaran yang terselubung ?! ataukah itu hanya sebuah ‘lipstick’ belaka ! atau hanya sebuah ‘topeng’ dari segelintir kepentingan pribadi ?! belum lagi, katanya di lembaga pers mahasiswa juga memiliki ‘kultur independensi’ yang tinggi sehingga lembaga pers mahasiswa terbebas dari intervensi pihak manapun dan satu – satunya yang berada di pihaknya adalah realitas itu sendiri ( kebenaran hakiki-red ) .
“LPM Menarik untuk dicermati, sebab sekarang ini pers mahasiswa dikalangan mahasiswa sendiri tidak populer. Bahkan tidak banyak mahasiswa yang tahu tentang keberadaan pers mahasiswa.Kecuali segelintir saja, yaitu pengelolanya dan paling jauh sesama aktivis mahasiswa, baik dilingkungan kampusnya maupun dikampus lainnya. Ibaratnya, hidup segan mati pun tak mau.” Tulis Yanto Salah satu Mahasiswa Muhammadiyah Malang
Apakah penyebabnya ? apa yang membuat pers mahasiswa sekarang sepertinya ‘MANDUL’ ?dimana pers mahasiswa yang pada era 1970 mengalami masa keemasannya ? kemana para jurnalis kampus yang kritis ,cerdas dan berani ? apa yang membuat mereka menjadi kehilangan taringnya ?
Sangat penting untuk di ketahui apa sebenarnya penyebab ‘MATINYA’ Lembaga Pers Mahasiswa dewasa ini , disini kami menemukan beberapa factor penyebabnya :
1. SOK’ EKSKLUSIF
Perekrutan anggota LPM yang di buat sedemikian rupa dengan syarat-syarat yang memberatkan mahasiswa yang ingin bergabung atau ikut belajar jurnalis di LPM jelas-jelas adalah sebuah kemunduran pemikiran yang sangat mengkhawatirkan dan memalukan ! bukankah semua yang tergabung dalam lembaga LPM hakikatnya adalah belajar !? Bukan mengajar ! ! !
2. PENGECUT
Kepengecutan LPM atau ketidak beranian Lpm dalam mengangkat berita – berita negative dan memberikan solusi yang baik yang terjadi di seputar kampus juga merupakan langkah mundur yang dilakukan oleh jurnalis Lpm itu sendiri serta penyortiran berita – berita / artikel - artikel yang terlalu tajam tanpa alas an yang masuk akal juga adalah sebuah langkah bunuh diri yang paling Up to date .
3. PECUNDANG
Kesiapan untuk menerima cacian dan kritikan dari mahasiswa tentang ketidakberanian mengungkap kebenaran adalah sebuah kenaikan pangkat dari Pengecut Menjadi ‘ PECUNDANG’.
4. SOK’ IDEALIS
Idealisme yang tinggi sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup organisasi mahasiswa , termasuk LPM. Tapi kadang kala idealisme yang berlebihan dan tidak realistis dapat menghambat kelangsungan hidup organisasi mahasiswa itu sendiri , apalagi Idealisme itu di barengi dengan sifat Egoisme yang tinggi pula.
5. NGGAK KREATIF
Mandulnya kreatifitas jurnalisme kampus merupakan titik awal matinya jurnalisme kampus itu sendiri, mengapa demikian ? karena energi dari media pers mahasiswa itu sendiri adalah kreatifitas mahasiswa itu sendiri, jika kreatifitas jurnalisme kampus sudah menurun , siap – siap saja pesan batu nisan untuk LPM.

6. HILANGNYA BUDAYA MEMBACA/MENULIS
Malas membaca dan menulis juga merupakan sebuah meriam yang siap menghancurkan LPM menjadi berkeping – keeping dan tak tersisa sedikitpun kecuali orang –orang yang bersedia memakan uang kemahasiswaan tanpa menghasilkan karya apapun.
7. BERGANTUNG PADA DANA KEMAHASISWAAN
Terlalu bergantungnya pers mahasiswa pada dana kemahasiswaan jelas – jelas merupakan kebodohan awal yang nantinya akan menggerogoti kemampuan mahasiswa dalam berkreatifitas.Apalagi kalau dana mahasiswa yang didapat tidak di pergunakan untuk kepentingan pers itu sendiri tetapi malah di gunakan untuk kepentingan pribadi. Uhgg…memalukan !!!
8. ANTI KRITIK
Kalau pers mahasiswa sudah anti kritik ,dan tidak mau menerima masukan yang bersifat membangun serta lebih mementing kan egoisme pribadi maka siap – siap saja LPM akan mengalami mati suri dalam waktu dekat.karena kritik yang membangun adalah suplemen murni yang sangat di butuhkan organisasi mahasiswa manapun .
9. BOROS WAKTU
Managemen waktu yang carut marut dalam tubuh LPM disinyalir juga merupakan factor penyebab LPM menjadi seperti sebuah lembaga yang tidak memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik , rapat yang ‘ngaret’ sampai berjam – jam , diskusi yang tidak terorganisir , program kerja yang tidak terarah, dll , adalah salah satu contoh managemen waktu yang buruk dan itu menandakan LPM sudah mengidap PENYAKIT yang siap membunuhnya berlahan – lahan tapi pasti .

Demikian beberapa hal yang coba kami kaji mengenai lembaga pers mahasiswa di lingkungan kampus yang seperti kita ketahui bersama bahwa kampus adalah sebuah lingkungan dimana tempat lahirnya para pemimpin negri ini , baik dan buruknya pemimpin negri ini sangat bergantung pada lingkungan kampus itu sendiri sebagai lingkungan yang turut serta berperan dalam membentuk pribadi seorang pemimpin , termasuk LPM ( koko_fhu / lpm / 2007 )


Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika
Copyright © 2007 LPM – BSI

Klik disini untuk melanjutkan »»

GENERASI MISTERIUS

.
0 komentar

Lisensi dokumen :
Copyright © 2007 LPM – BSI
Seluruh dokumen / materi di Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika dapat di gunakan , dimodifikasi dan di sebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersil ( non profit ), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang di sertakan dalam setiap dokumen / materi. Tidak di perbolehkan melakukan penulisan ulang , kecuali telah mendapat ijin terlebih dahulu dari LPM – BSI .Oleh : koko_fhu@yahoo.com


Minggu pagi ( 02/09 ) di monumen nasional cuaca tampak cerah , banyak pemuda – pemudi melakukan aktivitas olah raga , termasuk seorang kakek tua yang sedang mengendarai sepeda onthelnya mengitari monas beberapa kali .
Keringat pagi tampak terlihat seperti butiran mutiara di kulitnya yang sudah keriput.
Sesaat kemudian tampak kakek tua tersebut merebahkan tubuhnya bersandar di salah – satu pohon rindang , aku berlahan mendekatinya , seperti ada magnet kuat yang menarikku untuk semakin mendekat kearahnya.
Awalnya aku hanya tertarik dengan sepeda onthel miliknya yang menemaninya mengelilingi monas.
Entah mengapa kami cepat akrab , pembicaraan mengalir begitu saja dari hal sepele sampai ke hal yang serius .
Kakek tersebut bernama Subekti ( bukan nama sebenarnya-red ) beliau mengalami masa dimana kemerdekaan Republik Indonesia di masa – masa awal kemerdekaan,termasuk peristiwa G30/SPKI .
Tentunya kita masih ingat saat kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar ( SD ) , dimana setiap tanggal 30 November kita selalu disuguhi dengan tontonan tentang kekejaman Partai Komunis Indonesia ( PKI ) yang saat itu disinyalir hendak merebut kekuasaan di negeri ini atau yang dikenal dengan sebutan KUDETA .
Pembuatan film documenter tersebut dibuat pada era Soeharto ( ORDE BARU ) yang telah berhasil memegang kekuasaan setelah sebelumnya di pegang oleh Ir.Soekarno .
Pada salah satu adegan di film documenter tersebut tampak kemiskinan merajalela di seluruh pelosok nusantara dan Partai Komunis Indonesia kala itu merupakan salah satu partai besar di negeri ini yang meneriakkan pemerataan di segala sector terutama ekonomi .
Penderitaan kemiskinan tersebut di amini oleh kakek tersebut ,
“Pada masa itu benar – benar masa – masa paling sulit setelah kemerdekaan”. Ucapnya
Awal bencana mengerikan yang akan menimpa negeri ini ditandai dengan munculnya isu atau fitnah tentang adanya “DEWAN JENDRAL” ditubuh Angkatan Darat yang bertugas menilai kebijakan politik presiden Soekarno . Isu ini membuat gempar negeri ini sehingga muncullah ketidak stabilan di negeri ini dan PKI memanfaatkan situasi ini dengan baik dan cantik sekali dengan menyebarluaskan isu ini .
Meski para jendral telah di panggil oleh presiden soekarno dan mereka menyatakan dengan tegas bahwa didalam tubuh Angkatan Darat tidak ada yang namanya DEWAN JENDRAL yang bertugas menilai kebijakan politik luar negeri presiden namun isu tentang dewan jendral masih saja menggema di negeri ini berkat PKI yang selalu mengobarkan isu tersebut dengan maksud-maksud tertentu.
Belum puas dengan isu Dewan Jendral dan dibubarkannya Partai Murba, PKI bersiap hendak melakukan kudeta di negeri ini ,dan target pertamanya adalah melumpuhkan para Jendral yang tidak sepaham dengan mereka. Rencana itu mereka namakan Gerakan 30 September yang sekarang di kenal dengan sebutan G 30 S / PKI .
Gerakan militer ini langsung dipimpin oleh Letkol.Untung.S ,Komandan dan Batalyon I Resimen Cakrabirawa yang bertugas menculik /dan atau membunuh para Jendral yang berseberangan dengan mereka.
Para Jendral tersebut adalah :
Letnan Jendral Ahmad Yani
Mayor Jendral R. Soeprapto
Mayor Jendral Harjono.MT
Mayor Jendral S.Parman
Brigadir Jendral DI.Panjaitan
Brigadir Jendral Soetojo.S

Sedangkan Jendral.Abdul Haris Nasution Berhasil selamat dari usaha pembunuhan tersebut meski beliau harus merelakan putrinya ,Irma Suryani Nasution dan Ajudannya Letnan satu Pierre Andreas Tendean menebusnya dengan nyawa mereka sebagai gantinya.
Setelah ditangkap para jendral tersebut pun di siksa dan dibunuh dengan kejam oleh PKI di lubang buaya , tempat tersebut adalah saksi sejarah kekejaman yang dilakukan oleh PKI dan antek-anteknya.
Kemudian setelah itu perebutan kekuasaan antara PKI dan Soeharto menjadi buram , semua tidak jelas siapa yang benar dan siapa yang salah , sejarah dan fakta menjadi buram , tidak ada kejelasan sejarah ,sampai detik ini pun semuanya tidak jelas , siapa yang harus kita sebut pahlawan? dan siapa yang harus kita sebut penghianat?. Para pelaku sejarah bungkam seribu bahasa , mereka seolah menghilang ditelan bumi atau sengaja di hilangkan , dan yang masih tersisa pun mendadak menjadi bisu ! ada apa ini ?!
Pren,
Kemana negeri ini akan di labuhkan , dan kemana generasi muda negeri ini akan dibesarkan?haruskah tetap di diamkan ? ataukah harus di cari kejelasannya ?
Masih ingat beberapa waktu lalu tentang peluncuran buku “ Aku Bangga Menjadi Anak PKI “ yang menggemparkan negeri ini .Dan dengan lantang beberapa milis di internet meneriakkan “ Aku Bangga Menjadi Anak Anti Komunis “. Ada apa ini ? apa yang sedang terjadi ? apakah PKI sedang ingin memperbaiki citranya dan hendak menancapkan kuku-kukunya kembali di negeri ini ?atau PKI ingin menceritakan hal yang sebenarnya terjadi? ( kokofhu/lpmbsi/2007)


Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika
Copyright © 2007 LPM – BSI

Klik disini untuk melanjutkan »»

GENERASI PECUNDANG

.
0 komentar

Lisensi dokumen :
Copyright © 2007 LPM – BSI
Seluruh dokumen / materi di Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika dapat di gunakan , dimodifikasi dan di sebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersil ( non profit ), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang di sertakan dalam setiap dokumen / materi. Tidak di perbolehkan melakukan penulisan ulang , kecuali telah mendapat ijin terlebih dahulu dari LPM – BSI .Oleh : koko_fhu@yahoo.com

Hi pren ,
Masih ingat saat kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar ( SD ) , dimana setiap tanggal 30 November kita selalu disuguhi dengan tontonan tentang kekejaman Partai Komunis Indonesia ( PKI ) yang saat itu disinyalir hendak merebut kekuasaan di negeri ini atau yang dikenal dengan sebutan KUDETA .
Pembuatan film documenter tersebut dibuat pada era Soeharto ( ORDE BARU ) yang telah berhasil memegang kekuasaan setelah sebelumnya di pegang oleh Ir.Soekarno .
Pada salah satu adegan di film documenter tersebut tampak kemiskinan merajalela di seluruh pelosok nusantara dan Partai Komunis Indonesia kala itu merupakan salah satu partai besar di negeri ini yang meneriakkan pemerataan di segala sector terutama ekonomi .
Awal bencana mengerikan yang akan menimpa negeri ini ditandai dengan munculnya isu atau fitnah tentang adanya “DEWAN JENDRAL” ditubuh Angkatan Darat yang bertugas menilai kebijakan politik presiden Soekarno . Isu ini membuat gempar negeri ini sehingga muncullah ketidak stabilan di negeri ini dan PKI memanfaatkan situasi ini dengan baik dan cantik sekali dengan menyebarluaskan isu ini .
Meski para jendral telah di panggil oleh presiden soekarno dan mereka menyatakan dengan tegas bahwa didalam tubuh Angkatan Darat tidak ada yang namanya DEWAN JENDRAL yang bertugas menilai kebijakan politik luar negeri presiden namun isu tentang dewan jendral masih saja menggema di negeri ini berkat PKI yang selalu mengobarkan isu tersebut .
Belum puas dengan isu Dewan Jendral dan dibubarkannya Partai Murba, PKI bersiap hendak melakukan kudeta di negeri ini ,dan target pertamanya adalah melumpuhkan para Jendral yang tidak sepaham dengan mereka. Rencana itu mereka namakan Gerakan 30 September yang sekarang di kenal dengan sebutan G 30 S / PKI .
Gerakan militer ini langsung dipimpin oleh Letkol.Untung.S ,Komandan dan Batalyon I Resimen Cakrabirawa yang bertugas menculik /dan atau membunuh para Jendral yang berseberangan dengan mereka.
Para Jendral tersebut adalah :
Letnan Jendral Ahmad Yani
Mayor Jendral R. Soeprapto
Mayor Jendral Harjono.MT
Mayor Jendral S.Parman
Brigadir Jendral DI.Panjaitan
Brigadir Jendral Soetojo.S

Sedangkan Jendral.Abdul Haris Nasution Berhasil selamat dari usaha pembunuhan tersebut meski beliau harus merelakan putrinya ,Irma Suryani Nasution dan Ajudannya Letnan satu Pierre Andreas Tendean menebusnya dengan nyawa mereka sebagai gantinya


Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika
Copyright © 2007 LPM – BSI

Klik disini untuk melanjutkan »»

MAHASISWA = PERUSUH!!!

.
0 komentar

Lisensi dokumen :
Copyright © 2007 LPM – BSI
Seluruh dokumen / materi di Lembaga Pers Mahasiswa – Bina Sarana Informatika dapat di gunakan , dimodifikasi dan di sebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersil ( non profit ), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang di sertakan dalam setiap dokumen / materi. Tidak di perbolehkan melakukan penulisan ulang , kecuali telah mendapat ijin terlebih dahulu dari LPM – BSI .Oleh : koko_fhu@yahoo.com

Upss !!! ( sabar pren-red )

Judul di atas pastinya bikin kepala lo' 'mendidihkan?' en' kalo tuh orang berani ngomong di depan lo' enaknya tuh orang di 'sate' or di 'panggang' rame2 kali ye' he3, sama pren ! tensi darah gw juga langsung 'naek' kalo ada orang yang ngomong kayak gitu di depan gw. Tapiii….

Coba deh lo' sekali-kali pas ada aksi demo mahasiswa , lepas jaket almamater lo' trus lo'turun kejalan bikin survey kecil2an , Lo tanya ma' masyarakat yang melewati jalur demo itu,apa respon mereka terhadap aksi mahasiswa ??? , gw jamin survey lo akan menunjukkan bahwa masyarakat yang bersimpati ma' aksi mahasiswa pasti sangat sedikit sekali di bandingkan mereka yang mendukung aksi mahasiswa .padahal sudah banyak yang di korbankan mahasiswa demi kelancaran aksi tersebut.

Bahkan gw pernah denger seorang supir angkot mengumpat kasar di dalam mobilnya.

"Mahasiswa anjing !!! Bikin macet aja luh !!!" umpat supir itu sambil meludah.
Gila pren , sadiskan??!
Belum lagi kalau masyarakat melihat ulah beberapa oknum mahasiswa yang dalam aksi demonya mengeluarkan kata2 kotor dan umpatan – umpatan kasar yang tidak mendidik serta spanduk – spanduk yang bertuliskan kata2 kotor sebagai bentuk protes atas sebuah kebijakan yang di anggap menyimpang oleh mahasiswa dan hal tersebut terekam oleh kamera televisi dan itu di tonton oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Siapa yang salah ???

Satu lagi , sering kali aksi demo mahasiswa berakhir dengan bentrokan fisik antara mahasiswa dengan aparat yang sering kali menelan korban di kedua belah pihak baik mahasiswa maupun aparat sama – sama menjadi korban kekerasan yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam aksi kekerasan tersebut ada aparat yang di hujani batu dan bom Molotov oleh mahasiswa dan ada mahasiswa yang di pukuli oleh aparat seperti binatang. Kalau sudah seperti itu…
Siapa yang salah ???
Mahasiswanyakah yang 'anarkis' dalam berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan ??? atau
Aparatnyakah yang terlalu 'over acting'dalam bertugas menjaga situasi aksi demo agar keadaan tetap aman dan kondusif???


Pren, kita masih ingat peristiwa semanggi ?! atau lo masih ingat peristiwa mahasiswa 'ngedudukin' gedung DPR-MPR ?! sangat kontradiktif sekali dengan aksi – aksi yang akhir – akhir ini sering di contohkan oleh rekan – rekan kita dari salah satu parpol yang ada di negri ini yang dalam aksi demonya santun dan tertib .
Dan lo' tau gak pren apa reaksi masyarakat atas aksi mereka?!!
Mereka merasa aman – aman saja meskipun partai tersebut sedang melakukan aksi demo di jalan , masyarakat bahkan tidak merasa terganggu dengan aksi tersebut dan selain itu tidak ada bentrok fisik dan prasarana umum yang di rusak.
Kalau sudah begini …
Siapa yang salah ??!(koko_fhu/LPM-bsi/2007)































Kelompok Belajar Mahasiswa – Bina Sarana Informatika
Copyright © 2007 KBM – BSI

Klik disini untuk melanjutkan »»

Kamis, 08 Mei 2008

Koran Kampus, Bacaan Alternatif Mahasiswa

. Kamis, 08 Mei 2008
0 komentar

DUA buah koran kampus –bukan majalah atau tabloid—terbit. Tidak dijual, tapi ditempel di dinding dan disediakan gratis di tempat-tempat tertentu. Pers kampus mulai pindah jalur?

Sebuah berita tentang penemuan kondom di suatu fakultas bikin geger. Di pojok lain, selain kolom-kolom iklan mungil, ada berita tentang pembngunan pos satpam yang menjadikan situasi kampus 'menjadi siaga satu'. Berita-berita tersebut tertulis di dinding, di sebuah koran yang diterbitkan oleh badan penerbitan pers mahasiswa, badan yang biasanya mem­produksi majalah dan tabloid untuk mahasiswa.

Koran-koran dinding tersebut, paling tidak memang menarik perhatian. Tulisannya tidak terlalu panjang, tapi selalu enak untuk dibaca. Simaklah berita Bulaksumur Pos tentang tertangkapnya seorang karyawan honorer di sebuah fakultas yang ketahuan sedang ngintip mahasiswi di toilet. Atau tulisan Kobarkobari yang diterbitkan oleh LPM HIMMAH tentang pemilu mahasiwa yang dikaitakan seperti membeli kucing dalam karung.

Menurut Bachtiar, salah seorang redaktur di Koran Balairung, penerbitan koran tersebut merupakan upaya untuk kembali kepada pembacanya. "Selama ini kita jauh dari pembaca," katanya.

Majalah yang diterbitkan, dirasa sedikit yang membaca. Namun, penerbitan koran dinding tersebut tidak semua karena persoalan majalah kampus mereka. Di LPM HIMMAH, penerbitan koran Kobarkobari yang sudah memasuki tahun ketiga ini dipersiapkan untuk menampung pengurus-pengurus yang baru masuk. Dengan terbit dua kali seminggu Kobarkobari dicopy dalam 100-150 eksemplar, sama halnya Koran Balairung yang besarnya dua kali Kobarkobari Sedangkan Bulaksumur Pos terbit dalam bentuk cetakan, bukan dari fotocopy.

Lalu bagaimana dengan penerbitan majalah kampusnya? Bukankah produksi koran-koran tersebut ditangani oleh sumberdaya yang sama?Di Koran Balairung yang terbit tiap hari Selasa, hal itu diakali dengan menerapkan sistem shift. Setiap bulan, penerbitan ditangani oleh empat buah tim kerja yang berbeda. Setiap tim-nya terdiri dari empat sampai lima orang dan memegang satu edisi dalam satu minggu.

Sementara untuk Kobarkobari menunjuk para wartawan kampus yang baru bergabung untuk menggarap koran selembarnya. Kebijakan LPM UII ini dibuat supaya kepentingan antara pengerjaan majalah (yang dibuat oleh 'senior' Himmah) dengan koran selembar tidak saling berbenturan. "Selama bulan, mahasiswa baru tersebut mengerjakan Kobarkobari. Ini menjadi prasyarat untuk bergabung dengan persma," ujar Surya Adi Lesmana, Redaktur Majalah Himmah.

Sama seperti media massa yang sudah komersil, pengelolaan koran selembar yang mereka buat juga memiliki manajemen yang sudah baik. Dalam sebuah media memang harus ada bagian redaksi, iklan, sirkulasi, dan bagian umum. Begitu pula dengan Koran Balairung, Bulaksumur Pos, dan Kobarkobari ketika menetapkan tarif iklan dan memasarkan (ditempelkan) sendiri korannya di setiap fakultas.

"Biaya iklan bukan untuk mencari keuntungan, tetapi hanya untuk menghidupi koran selembar ini supaya tetap dinikmati pembacanya," kata Bachtiar. Pasang iklan di Bulaksumur Pos misalnya. Untuk setiap barisnya hanya 500 perak, sementara untuk iklan kolom, bisa 20 ribu per paket.

Sedangkan Kobarkobari mematok tiga ribu untuk iklan per kolom dan 1O ribu untuk iklan yang ada disamping logo. "Pendapatan dari iklan tersebut digunakan untuk menutup dana saja," kata Bachtiar. Karena, lanjut Bachtiar, bekerja di persma itu tidak ada bayarannya. Hal itu ditegaskan Surya, "Setiap minggunya 2 kali terbit bisa menghabiskan 60 hingga 70 ribu, semantara dana dari rektorat minim."(irw/iip)sumber:www.pipmi.tripod.com

Klik disini untuk melanjutkan »»

Journalist in conflict

.
1 komentar

Klik disini untuk melanjutkan »»

Bangunlah Pers Mahasiswa

.
0 komentar

Di era reformasi sekarang ini pers mahasiswa (Persma) terasa kurang terdengar gaungnya. Ketika kebebasan informasi sudah menjadi milik kita semua dan media massa (baru) tumbuh subur, kondisi Persma justru nyaris tenggelam. Kondisi ini bermula sejak tahun 1998, ketika reformasi dikumandangkan Persma menjadi kehilangan perannya. Peran kontrol sosial melalui pemberitaan yang tajam, kritis dan independen. Peran itu telah kembali dipegang oleh pers umum yang di masa Orde Baru dipresentasikan oleh Persma.

Pada era 1970-an Persma pernah mengalami masa keemasannya. Harian KAMI, Mahasiswa Indonesia dan Mimbar Demokrasi merupakan penerbitan mahasiswa (istilah resmi pers mahasiswa kala itu) yang mampu eksis pada tahun 1970-an. Dengan oplah sekitar 30-70 ribu eksemplar –setiap kali penerbitannya, tak hanya diminati oleh mahasiswa saja. Masyarakat umum pun menjadi pembacanya. Persma pada era itu mampu menjawab tantangan zaman secara baik. Bahkan informasi yang disajikan pada saat itu lebih baik dari pers umum.

Kini, yang ada hanya tinggal kenangan manis. Kondisi Persma sekarang cukup memprihatinkan. Persma hadir dikomunitasnya sekedar memenuhi jadwal penerbitan yang dibuat menurut logika birokratis-paradigmatik sebuah unit kegiatan mahasiswa. Penerbitan itupun muncul bukan atas kesadaran penuh atau kebutuhan menyalurkan idealisme tapi ‘tuntutan rutinitas’ agar legitimasi sebagai bagian dari kegiatan mahasiswa di kampus tetap terjaga (Masduki, 2003).

Terbitan Persma kurang dimanfaatkan sebagai sarana aktualisasi idealisme mahasiswa. Pada akhirnya produk yang dihasilkan oleh Persma –baik dalam bentuk majalah, tabloid maupun newsletter– menjadi kehilangan rohnya. Produknya menjadi tidak menarik dan kurang mampu memenuhi apa yang diinginkan oleh pembacanya (baca: mahasiswa). Sehingga tak jarang Persma kurang dikenal di lingkungan kampusnya sendiri.

Persoalan Klasik
Meredupnya eksistensi Persma sekarang ini disebabkan oleh berbagai persoalan. Persoalan yang selalu melilit hampir sama dimanapun Persma itu berada. Kondisinyapun tak jauh berbeda, kebanyakan Persma tak mampu keluar dari persoalan klasik yang ada. Persma terjebak pada persoalan yang secara teoritis sebenarnya mampu dihadapi, namun pada tataran praktis sulit untuk diselesaikannya. Setidaknya ada tiga persoalan klasik itu diantaranya: lemahnya kaderisasi, periodisasi terbitan yang tidak tetap dan kebijakan rektorat.

Sistem kaderisasi yang dimiliki oleh Persma biasanya tidak matang. Persma tidak mampu menjaga kelangsungan hidupnya dengan menyediakan kader-kader penerusnya. Persma lebih mengandalkan sosok yang sudah ‘jadi’ untuk mengelolanya. Sistem kaderisasi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan Persma. Tak jarang pada periode tertentu Persma mampu sedikit berkembang, namun pada periode berikutnya dengan segera tenggelam kembali. Ini terjadi karena kualitas sumber daya pengelola yang ada jauh berbeda dalam setiap periodenya.

Kebanyakan Persma tidak memiliki periodisasi terbitan yang tetap. Terlambat deadline, seakan telah menjadi budaya bagi terbitan Persma sekarang. Sehingga tak jarang ketika terbitan sampai di tangan pembaca, infomasi yang disampaikan telah basi dan tidak aktual lagi. Hal ini menyebabkan pembaca enggan melirik pada informasi yang disajikan oleh Persma. Mahasiswa lebih tertarik pada informasi yang disajikan oleh pers umum.

Bagi Persma yang sumber dana utamanya berasal dari rektorat, ada kecenderungan Persma tersebut tidak dapat bergerak dengan bebas. Persma menjadi tidak kritis terhadap rektorat. Bahkan Persma sering dijadikan sebagai corongnya rektorat. Informasi yang disajikan oleh Persma hampir dipastikan akan sejalan dengan kebijakan rektorat. Dan untuk menjaga kelangsungan hidupnya Persma lebih memilih menuruti kemauan rektorat. Rektorat melalui kebijakannya mampu mengontrol arah pemberitaan Persma.

Menghadapi kondisi semacam ini, Persma harus tanggap dan segera mencari solusinya. Pertama, untuk tetap menjaga kelangsungan hidup Persma maka optimalkan peranan divisi kaderisasi. Rumuskan dengan jelas pola kaderisasi yang akan diterapkan. Divisi kaderisasi harus mampu melakukan perekruitan pengelola baru dengan baik. Upayakan ada sistem magang sebelum menjadi pengelola Persma.

Kedua, Untuk meminimalisasi budaya terlambat deadline, pimpinan Persma harus dapat bertindak dengan tegas. Kuatkan kembali komitmen seluruh pengelola Persma yang ada. Reward and punishment harus diberikan pada pengelola Persma. Untuk memacu kinerja, berikan reward bagi pengelola yang melaksanakan kewajibannya dengan baik. Punishment –berupa peringatan lisan, peringatan tertulis bahkan pemecatan– harus diberikan pada pengelola yang tidak mampu melaksanakan tugasnya. Ketegasan aturan yang ada sangat diperlukan guna meningkatkan kedisiplinan di dalam tubuh Persma itu sendiri.

Ketiga, kebijakan rektorat sebenarnya tak hanya menjadi kendala bagi Persma yang sumber dana utamanya dari rektorat, namun juga bagi hampir semua Persma. Rektorat menjadi bayang-bayang dalam setiap pemberiatan Persma. Untuk menghadapi kondisi semacam ini Persma tak perlu takut. Sistem pemberitaan Persma harus tetap independen dan seimbang. Prinsip check and balance harus tetap dikedepankan.

Sudah saatnya, kini Persma bangun dari ‘tidurnya’. Uraikan benang kusut yang melilit di tubuh Persma. Selesaikan permasalahan yang menjadi hambatan untuk berkembangnya Persma. Persma kini dituntut untuk membenahi jati dirinya kembali dan tak boleh terbuai dengan romantisme kejayaan di masa lalu. Segala kejayaan Persma dimasa lalu hendaknya dijadikan sebagai semangat untuk dapat bangkit kembali, bersama membangun eksistensi Persma.

Tak dapat dipungkiri bahwa kini Persma sangat sulit untuk kembali mendapatkan perannya seperti di era Orde Baru. Persma harus segera melakukan reposisi dan reorientasi diri. Persma sebagai media kampus masih tetap bisa melakukan peran yang mungkin belum terjamah oleh pers umum. Peran kontrol sosial dalam lingkungan kampus setidaknya harus mulai diperankan oleh Persma. Persma harus mampu menunjukkan kepedualiannya pada lingkungan kampus dengan bersikap kritis terhadap segala kebijakan rektorat.

Bermula dari kampus, eksistensi Persma harus mulai dikembangkan kembali. Bukan suatu hal yang mustahil, masa keemasan Persma akan dapat diraih kembali. Berusaha dan berjuanglah pers mahasiswa! *

~ by isdiyanto on 4 March 2008. sumber : www.simpanglima.wordpress.com

Klik disini untuk melanjutkan »»
 



Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com